Jumat, 30 Maret 2012

Budidaya Ternak Ayam Buras

1. Pendahuluan
Perkembangan ayam buras (bukan ras) atau lebih dikenal dengan sebutan ayam kampung di Indonesia berkembang pesat dan telah banyak dipelihara oleh peternak-peternak maupun masyarakat umum sebagai usaha untuk pemanfaatan pekarangan, pemenuhan gizi keluarga serta meningkatkan pendapatan.
Dikarenakan dengan pemeliharaan sistem tradisional, produksi telur ayam buras sangat rendah, ± 60 butir/tahun/ekor. Berat badan pejantan tak lebih dari 1,9 kg dan betina ± 1,2 ~ 1,5 kg, maka perlu diintensifkan. Pemeliharaan yang intensif pada ayam buras, dapat meningkatkan produksi telur dan daging, dapat
mencegah wabah penyakit dan memudahkan tata laksana.
Sistem pemeliharaan ayam buras meliputi : bibit, pemeliharaan, perkandangan, pakan dan pencegahan penyakit.



2. Bibit
Ciri-ciri bibit yang baik :
Ayam jantan
Badan kuat dan panjang.
Tulang supit rapat.
Sayap kuat dan bulu-bulunya teratur rapih.
Paruh bersih.
Mata jernih.
Kaki dan kuku bersih, sisik-sisik teratur.
Terdapat taji.
Ayam betina (petelur) yang baik
Kepala halus.
Matanya terang/jernih.
Mukanya sedang (tidak terlalu lebar).
Paruh pendek dan kuat.
Jengger dan pial halus.
Badannya cukup besar dan perutnya luas.
Jarak antara tulang dada dan tulang belakang ± 4 jari.
Jarak antara tulang pubis ± 3 jari.

3. Pemeliharaan
Ada 3 (tiga) sistem pemeliharaan :
Ekstensif (pemeliharaan secara tradisional = ayam dilepas dan mencari pakan sendiri).
Semi intensif (ayam kadang-kadang diberi pakan tambahan).
Intensif (ayam dikandangkan dan diberi pakan).
Apabila dibedakan dari umurnya, ada beberapa macam pemeliharaan, yaitu :
Pemeliharaan anak ayam (starter) : 0 – 6 minggu, dimana anak ayam sepenuhnya diserahkan kepada induk atau induk buatan.
Pemeliharaan ayam dara (grower) : 6 – 20 minggu.
Pemeliharaan masa bertelur (layer) : 21 minggu sampai afkir (…. 2 tahun).
Untuk memperoleh telur tetas yang baik, diperlukan 1 (satu) ekor pejantan melayani 9 (sembilan) ekor betina, sedangkan untuk menghasilkan telur konsumsi, pejantan tidak diperlukan.

4. Perkandangan
Fungsi kandang yaitu :
Untuk tempat berteduh dari panas dan hujan.
Sebagai tempat bermalam.
Untuk memudahkan tata laksana.
Syarat kandang yang baik, yaitu :
Cukup mendapat sinar matahari.
Cukup mendapat angin atau udara segar.
Jauh dari kediaman rumah sendiri.
Bersih.
Sesuai kebutuhan (umur dan keadannya).
Kepadatan yang sesuai.
Kandang dibuat dari bahan yang murah, mudah didapat dan tahan lama.
Kepadatan kandang :
Anak ayam beserta induk : 1 – 2 m 2 untuk 20 – 25 ekor anak ayam dan 1 – 2 induk.
Ayam dara 1 m 2 untuk 14 – 16 ekor.
Ayam masa bertelur, 1 – 2 m 2 untuk 6 ekor dan pejantan 1 ekor.

5. Pakan
Zat-zat makanan yang dibutuhkan terdiri dari : protein, energi, vitamin, mineral dan air. Adapun konsumsi pakan adalah sebagai berikut :
Anak ayam dara 15 gram/hari
Minggu I-III 30 gram/hari
Minggu III-V 60 gram/hari
Minggu VI sampai menjelang bertelur 80 gram/hari
Induk 100 gram/hari
Pemberian pakan adalah sehari dua kali, yaitu pagi dan sore, sedangkan air minum diberikan setiap saat.

6. Penyakit dan pencegahan
ND = Necastle Desease = Tetelo
Pencegahan: lakukan vaksinasi ND secara teratur pada umur 4 hari, 4 minggu dan 4 bulan diulangi lagi setiap 4 bulan sekali.
Cacingan
Pencegahan : hindarkan pemeliharaan tradisional.
CRD (pernafasan)
Pengobatan : Chlortetacyclin (dosis 100-200 gr/ton ransum) atau tylosin (dosis 800 -1000 gr/ton ransum).
Berak Darah
Pengobatan : Prepara Sulfa atau anyrolium dilarutkan dalam air minum, dosis 0,012 -0,024% untuk 3 – 5 hari.
Pilek
Pengobatan : sulfadimetoxine 0,05% dilarutkan dalam air minum selama 5 -7 hari.
Cacar
Pencegahannya : vaksinasi 1 kali setelah lepas induk.

7. Analisa usaha ayam buras
Pengeluaran
Bibit: 100 ekr x Rp. 12.000,- —————————–> Rp. 1.200.000,-
Pakan100 ekr x 360 hr x 100 gr x Rp. 491,- / 1000 ——> Rp. 1.767.600,-
Penyusutan kandang/th Rp. 500.000: Rp. 50.000/2 th —–> Rp. 225.000,-
Tenaga kerja: 12 x Rp. 150.000,- /bulan ——————> Rp. 1.800.000,-
Vaksin dan Obat: 100 ekr x 4 kali x Rp. 50,- ————-> Rp. 20.000,-
Total ——————————————————> Rp. 5.012.600,-
Pendapatan
Penjualan telur/th 95%x100 ek x 25% x 360 hr x Rp. 300,- —–> Rp 2.565.000,-
Penjualan kotoran ayam/th 25 grx95 ekrx360 x Rp. 2.000,- —–> Rp. 34.200,-
Penjualan ayam afkir: 95 ekr x Rp. 13.500,- ———————> Rp. 1.282.500,-
Total ————————————————————> Rp. 3.881.700,-
Penghasilan/tahun: pendapatan – pengeluaran – Rp. 1.130.900,-
Karena keuntungannya negatif, maka sebaiknya untuk pemeliharaan 100 ekor ayam, tenaga kerja cukup ditangani oleh peternak, sehingga biaya untuk tenaga kerja Rp. 0,-. Dengan kata lain, untuk pemeliharaan 100 ekor ayam :
Pengeluaran Rp. 3.212.600,-
Pendapatan Rp. 3.881.700,-
Keuntungan Rp. 669.100,-
keuntungan/bln Rp. 55.758,-
Asumsi harga pasaran bulan Februari 1996
Harga bibit siap telur/ekor Rp. 12.000,-
Harga telur/butir Rp. 300,-
Harga pakan, dengan susunan:
30 kg pakan Rp. 300,- /kg
50 kg pakan layer (441) Rp. 605,- /kg
1 kg mineral Rp. 500,- /kg
Harga ayam apkir Rp. 13.500,-
Harga kotoran ayam 1 karung (50 kg) Rp. 2.000,-
Produktivitas telur 25%
Biaya kandang ayam perekor Rp . 5.000,-
Biaya vaksin & obat perekor Rp. 50,-
( Harga bisa berubah sesuai dengan harga pasar saat ini )

8. sumber<$2Fdiv>
Brosur Intensifikasi Ternak Ayam Buras, Dinas Peternakan, Pemerintah Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Jakarta (tahun 1996).

9.kkontak hubungan
Dinas Peternakan, Pemerintah Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Jl. Gunung Sahari Raya No. 11 Jakarta Pusat, Tel. (021) 626 7276, 639 3771 atau 600 7252 Pes. 202.

Pemilihan bibit ayam buras
keluaran
Teknik pembibitan bibit ayam buras yang baik
pedoman teknis
Calon induk betina:
sehat dan tidak cacat
lincah dan gesit
mata bening dan bulat
rongga perut elastis
tidak mempunyai sifat kanibal
bebas dari penyakit
umur 5 – 12 bulan.
Calon pejantan:
sehat dan tidak cacat
penampilan tegap
bulu halus dan mengkilap
tidak mempunyai sifat kanibal
umur 8 – 24 bulan.
Jumlah induk dan pejantan disesuaikan dengan kondisi dan umurnya antara 8 – 10 : 1

Sumber
Hompage Departemen Pertanian, http://www.deptan.go.id, Maret 2001
Kontak hubungan
Departemen Pertanian RI, Jalan Harsono RM No. 3, Ragunan – Pasar Minggu, Jakarta 12550 – Indonesia

Penetasan alami ayam buras
keluaran
Sangkar tetas dengan hasil daya tetas tinggi.
bahan
Bambu, kawat, paku, rumput kering.
alat
Gergaji, pisau serut, palu, tang, dll.

Pedoman teknis
Sangkar penetasan dibuat dari bambu berbentuk kerucut dengan suhu penetasan dalam sangkar pengeraman cukup baik.

Cara pembuatan
Potong bambu berdiameter 25 – 50 cm sepanjang 125 cm, 1/3 bagian harus berada di atas ruas sedangkan yang 2/3 b`giannya sebagai tiang
penyangga.
satu pertiga dari bambu bagian atas dibelah-belah kecil ( 1-1,5 cm), dihaluskan, kemudian dianyam dengan belahan bambu tipis, dimulai dari
bagian ujung bawah belahan bambu, sehingga berbentuk kerucut.
Bagian ujung paling atas diikat dengan kawat tali, agar ayaman tidak lepas.
Sangkar diletakkan di tempat yang aman dan jauh dari keramaian dan terhindar dari gangguan hewan liar.
Bagian bawah sangkar dialasi dengan rumput kering, yang merupakan alas/tempat diletakkannya telur dan sekaligus sebagai tempat penetasan.
Sangkar penetasan kerucut ini menghasilkan daya tetas telur 77,37 %, kematian embriyo 16,64 %, suhu maksimum 102,3°C dan suhu minimum 83,5°C.

Sumber
Departemen Pertanian, http://www.deptan.go.id, Maret 2001
kontak hubungan
Departemen Pertanian RI, Kantor Pusat Departemen Pertanian – Jalan Harsono RM No. 3, Ragunan – Pasar Minggu, Jakarta 12550 – Indonesia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar